RSS

IODOMETRTITRASI NITRIMETRI (IODIMETRI, PERMANGANOMETRI, BROMOMETRI)


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Semula istilah “oksidasi” diterapkan pada reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan oksigen dan istilah “reduksi” digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen diambil dari suatu senyawa. Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan pereaksi dan hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing.
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion logam lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+ + Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+ dan Cu2+ di reduksi menjadi logam Cu.
B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pecobaan ini adalah bagaimana penentuan kadar suatu larutan dengan menggunakan metode iodometri, iodimetri, bromometri, dan permanganometri?
C.   Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui penentuan kadar suatu larutan dengan menggunakan metode iodometri, iodimetri, bromometri, dan permanganometri.
D.   Maksud Praktikum
Maksud dari praktikum ini adalah mengetahui dan memahami penentuan kadar suatu larutan dengan menggunakan metode iodometri, iodimetri, bromometri, dan permanganometri.
E.   Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan metode iodometri, iodimetri, bromometri, dan permanganometri dalam bidang farmasi.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.  Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.  Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada    25 0C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.  Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik.  Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium.  Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Underwood, 1986).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Underwood, 1986).





B.   Uraian Bahan
1.    Asam Askorbat (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain                      : Asam askorbat, Vitamin C
RM/BM                           : C6H8O6 / 176,13 gr/mol
Pemerian                       : Hablur atau serbuk putih, agak kuning.
Kelarutan                      : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan benzena.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                     : Sebagai sampel
2.    Aquadest  (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   : AQUA DESTILLATA
Nama lain                      : Air suling
Rumus molekul            : H2O
Berat molekul               : 18,02 gr/mol
Pemerian                       : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan                      : Larut dalam air
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     : Sebagai pelarut


3.    Besi (II) Sulfat (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                  :    FERROSI SULFAS
Nama lain                     :    Besi (II) Sulfat
RM / BM            :    FeSO4  / 151,90
Pemerian                       :    Serbuk; putih keabuan rasa logam; sepat.
Kelarutan                      : Perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air bebas karbondioksida P.
Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                     :    Sebagai Sampel
4.    Fenol (Dirjen POM 1990)
Nama  resmi                  : PHENOLUM
Nama lain                      : Fenol
RM                                  : C6H6O
BM                                  : 94,1 gr/mol
Pemerian                       : Hablur berbentuk jarum, tidak berwarna atau tidak putih atu merah jambu, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan                      : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam gliserin, kloroform, dan dalam eter.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai sampel

5.    Indikator Kanji (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   :    AMYLUM MANIHOT
Nama lain                      :    Pati singkong
Pemerian                       : Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil, putih, tidak berbau, tidak berasa.
 Kelarutan                     :  Larut dalam air
 Penyimpanan              :    Dalam wadah tertutup baik
             Kegunaan                   :    Sebagai Indikator
6.    Iodium (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   :    IODIUM
Nama lain                      :    Iodium
RM / BM                        :    I2 /  132,65
Pemerian                       : Hablur mengkilat dan berwarna  jingga merah
Kelarutan                      : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalamEter P.
Penyimpanan               :    Dalam wadah  tertutup rapat
Kegunaan                      :    Sebagai Titran
7.    Isoniazid (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   :    ISONIAZIDUM
Nama lain                      :    Isoniazida
RM / BM                         :    C6H7N3O /  137,14
Pemerian               :    Hablur putih, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
            Kelarutan                  : Mudah larut dalam air
Kegunaan                 :    Sebagai Sampel

8.    Kalium permanganate (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   : KALII PERMANGANAS
Nama lain                      : Kalium permanganat
RM/BM                           : FeSO4/ 158,03 gr/mol
Pemerian                       : Hablur, warna ungu tua, hamper tidak tembus oleh cahaya, stabil diudara.
Kelarutan                      : Mudah larut dalam air mendidih
Kegunaan                     :  Sebagai titran
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
9.    Natrium Tiosulfat (Dirjen POM 1990)
Nama resmi                   : NATRII THIOSULFAS
Nama lain                      : Natrium tiosulfat
RM                                  : Na2S2O3
Pemerian                       : Hablur besar, tidak berwarna atu serbuk kasar.
Kelarutan                      : Sangat mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol
Kegunaan                     : Sebagai pereaksi
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat
C.   Prosedur Kerja
a. Iodometri (Susanti, 2003)
Penentuan kadar isoniazida
Larutan 100 mg contoh yang ditimbang seksama dengan 100 ml air dalam labu 200 ml yang tertutup gelas, tambahkan 2 gram natrium bikarbonat dan50,0 ml larutan jodin 0,1 N, biarkan selama 30 menit ditempat gelap pada suhu 38-40oC, dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit, setelah larutan dingin tambahkan larutan asam klorida (1:2) 20 ml, titrasi kelebihan jodin dengan larutan natrium tiosulfat baku 0,1 N menggunakan indikator kanji. Bersamaan dengan ini dikerjakan titrasi blangko dengan kondisi yang sama dengan penentuan. Tiap mililiter larutan jodin 0,1 N setara dengan 0,003429 gram isoniazida.
b. Iodimetri
Penentuan kadar asam askorbat
Timbang seksama  kira-kira 400 mg contoh, larutkan dalam campuran 100 ml air bebas karbondioksida dan 25 ml asam sulfat encer. Titrasi segera dengan larutan jodin baku 0,1 N menggunakan indikator kanji. Tiap mililiter jodin 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6.

c. Bromometri
Penentuan kadar Fenol
Timbang seksama 2 g sampel, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, larutkan dengan air dan cukupkan volumenya 1000 ml, pipet 20 ml larutan tesebut ke dalam labu iodine, tambahkan  30 ml larutan kalium bromida 0,1 N, kemudian 5 ml asam hidroklorida. Tutup labu dengan segera, kocok selama 30 menit dan biarkan selama 15 menit, tambahkan dengan cepat 5 ml larutan kalium Iodide (1 : 5) sambil dijaga dengan hati-hati penguapan dari bromine. Kocok baik-baik dan buka tutup labu, bilaslah mulut dengan sedikit air, tambahkan  1ml kloroform, kocok dan titrasi dengan larutan natrium tiodulfat 0,1 N terhadap iodine yang dibebaskan dengan menggunakan indikator kanji. Lakukan pekerjaan blanko sesuai dengan prosedur penetapan tanpa penambahan contoh.
Tiap ml bromine 0,1 N setara dengan 1,569 mg Fenol
d. Permanganometri
Penetapan kadar Besi (II) Sulfat
Timbang seksama 1 g besi (II) sulfat, larutkan dalam 25 ml asam sulfat dan 25 ml aquadest. Titrasi dengan larutan kalium permanganat 0,1 N sampai timbul warna merah muda yang tetap.
Tiap ml kalium permanganat 0,1 N setara dengan 15,19 mg FeSO4


BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.   Alat yang Dipakai
Adapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, buret, botol semprot,  cawan porselen, corong kaca, erlenmeyer, gelas arloji, gelas kimia, klem, labu ukur, lap halus, lap kasar, pipet tetes, sendok tanduk, statif, timbangan analitik.
B.   Bahan yang Dipakai
Adapun bahan yang digunakan adalah Asam askorbat, Asam hidroklorida, Asam sulfat encer, aquadest, Bromine 0,1 N, Fenol, FeSO4,  Indikator kanji, Iodine 0,14 N, Kalium iodide,  Kalium permanganate 0,0963 N, Kloroform, Natrium Tiosulfat 0,1 N, Natrium Bikarbonat.
C.   Cara Kerja
1.    Penetapan kadar asam askorbat dengan titrasi langsung (Iodimetri)
Ditimbang asam askorbat masing-masing 50,7 mg dn 50,8 mg, kemudian dilarutkan dalam 50 ml air bebas CO2, dan ditambahkan 5 ml asam sulfat encer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator kanji dan dititrasi dengan larutan baku iodium 0,14 N hingga larutan berubah warna dari bening ke warna abu-abu kebiruan.
2.    Penetapan kadar isoniasida dengan titrasi tidak langsung (Iodometri)
Ditimbang sampel isoniasida sebanyak 50,7 mg dan 50,8 mg, dilarutkan dengan 50 ml aquadest di dalam erlenmeyer bertutup yang dindingnya ditutupi dengan aluminium foil, ditambahkan 1 gr natrium bikarbonat dan 25 ml larutan iodine 0,14 N, biarkan selama 30 menit ditempat gelap. Kemudian panaskan diatas penangas air selama 10 menit, setelah larutan dingin ditambahkan larutan asam klorida (1:2) dengan hati-hati. Kemudian biarkan selama 10 menit. Tambahkan indikator kanji sebanyak 3 tetes, kemudian titrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku dan hentikan titrasi setelah terjadi perubahan warna.
3.    Penetapan kadar fenol dengan metode bromometri
Ditimbang 100,6 dan 100,1 mg fenol, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga tanda batas. Dipipet larutan tersebut sebanyak 20 ml kemudian ditambahkan 30 ml bromine dan 5 ml asam hidroklorida kemudian labu ditutup dan dikocok lalu dibiarkan beberapa menit kemudian ditambahkan kalium iodida dan kocok dengan hati-hati. Lalu ditambahkan 1 ml kloroform kemudian dikocok, ditambahkan dengan 3 tetes indikator kanji dan kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat baku 0,11 N, hentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna dari jingga menjadi cokelat.
4.    Penetapan kadar besi (II) sulfat dengan metode permanganometri
Ditimbang FeSO4.7H2O sebanyak 50,5 mg dan 50,9 mg. Kemudian masing-masing ditambahkan 25 ml aquadest dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 25 ml H2SO4 encer, setelah itu dititrasi menggunakan KMnO4 0,0963 N, hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda.





















BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.   Hasil Praktikum
1.    Data Pengamatan
Kelompok
Sampel
Berat sampel
Volume
 % kadar
% Rata-rata
    I
  II
   I
  II
    I
   II
      I
Asam askorbat
50,7
50,8
2
2,6
48,63 %
63,09 %
55,86%
     II
INH
50,7
50,8
25,5
25,8
 13,71%
13,03 %
13,37%
    III
Fenol
100,6
100,9
1,4
1,6
27,27%
30,68 %
28,25%
    IV
FeSO4
50,5
50,9
2
2,1
106,02 %
110,45%
108,235%

2.    Reaksi
a.    Reaksi iodimetri (asam askorbat)
                                                                                             


b.    Reaksi iodometri (isoniazida)
·         Isoniazida + Air




·          Reaksi sampel dengan titran
I2 + NH2 + 2I2 +4NaHCO3 → Na2 + 4NaI + 4H2O + 4H2O
c.    Reaksi bromometri (fenol)

·         Penambahan asam hidroklorida


·         Bromin bereaksi dengan fenol


·         Kalium iodida bereaksi dengan bromin, membebaskan  iodin



·         Iodin bereaksi dengan natrium tiosulfat
           
d.    Reaksi permanganometri (besi (II) sulfat)
Terjadi reaksi reduksi dan oksidasi











3.    Perhitungan
Kelompok I (Iodimetri)
1.                         2,0 x 0,14 x 8,806
%kadar  =                                               x 100%
                            50,7 x 0,1
                      2,465
              =                         x 100%
                        5,07
              =      48,61 %

2.                          2,6 x 0,14 x 8,806
%kadar =                                                x 100%
                             50,8 x 0,1
                      3,205
             =                          x 100%
                       5,08
             =      63,09 %

K. rata-rata =      %K.1 + % K.2
                               2
              =      48,63% + 63,09 %
                                   2
               =      55,86 %


Kelompok II (Iodometri)                                           
1.                         (N iod x V iod) - (NNa x V Na)
%kadar =                                                   x 100%
                        B.sampel x FK

                     (0,14 x 25) – (0,11 x 25,5)
             =                                                  x 100%
                            50,7 x 0,1
             =     13,71 %

2.                          (N iod x V iod) - (NNa x V Na)
%kadar =                                               x 100%
                             B.sampel x FK
                     (0,14 x 25) – (0,11 x 25,8)
             =                                                  x 100%
                             50,8 x 0,1
             =     13,03 %

K. rata-rata =      %K.1 + % K.2
                               2
              =      13,71% + 13,03%
                                   2                      
               =      13,37 %
Kelompok III (Bromometri)
1.                             (N kalium bromida x V Kalium Brpmida) - (NNa x V Na)
%kadar =                                                                                    x 100%
                                     B.sampel x FK
                     (0,1 x 30) – (0,11 x 1,4)
             =                                                  x 100%
                            100,6 x 0,1     
             =     28,29 %
2.                (N kalium bromida x V Kalium Brpmida) - (NNa x V Na)
%kadar =                                                                                    x 100%
                                     B.sampel x FK
                     (0,1 x 30) – (0,11 x 1,6)
             =                                                  x 100%
                             100,1 x 0,1
             =     28,21%

K. rata-rata =      %K.1 + % K.2
                               2
              =      28,29% + 28,21%
                                   2                      
               =      28,25 %
Kelompok 4
I.             100%

II.           100%
III.          % Rata-rata =
                    = 
B.   Pembahasan
Titrasi redoks adalah reaksi penggabungan suatu senyawa disertai dengan penambahan dan pengurangan biloks. Ada beberapa metode yang digunakan dalam titrasi redoks yaitu metode iodometri, iodimetri, bromometri dan permanganometri.
1.    Metode Iodimetri
Iodimetri adalah reaksi kesetimbangan dari iodium dan iodide. Reaksi ini biasa disebut dengan reaksi dengan cara langsung yakni zat pereduksi dititrasi langsung oleh iodium.
Pada percobaan kali ini, pertama-tama ditimbang asam askorbat masing-masing 50,7 mg dn 50,8 mg, kemudian dilarutkan dalam 50 ml air bebas CO2, dan ditambahkan 5 ml asam sulfat encer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator kanji dan dititrasi dengan larutan baku iodium 0,14 N hingga larutan berubah warna dari bening ke warna abu-abu kebiruan. Adapun hasil yang didapatkan, persentase kadar rata-rata Asam askorbat adalah 55,86%.
2.    Metode Iodometri
Iodometri adalah metode secara tidak langsung dimana ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium. Iodium yang terbentuk tersebut dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Cara iodometri, digunakan untuk menentukan zak pengoksidasi.
Pada percobaan ini, pertama-tama Ditimbang sampel isoniasida sebanyak 50,7 mg dan 50,8 mg, dilarutkan dengan 50 ml aquadest di dalam erlenmeyer bertutup yang dindingnya ditutupi dengan aluminium foil, ditambahkan 1 gr natrium bikarbonat dan 25 ml larutan iodine 0,14 N, biarkan selama 30 menit ditempat gelap. Kemudian panaskan diatas penangas air selama 10 menit, setelah larutan dingin ditambahkan larutan asam klorida (1:2) dengan hati-hati. Kemudian biarkan selama 10 menit. Tambahkan indikator kanji sebanyak 3 tetes, kemudian titrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku dan hentikan titrasi setelah terjadi perubahan warna. Penambahan indicator kanji pada percobaan ini bertujuan untuk membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang dititrasi dengan natriun tiosulfat. Adapun hasil yang didapatkan, persentase kadar rata-rata isoniazid adalah 24,26%.
3.    Metode Bromometri
Bromometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi oksidasi dari ion bromat (BrO3). Metode bromometri  biasanya digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa organic aromatic seperti fenol-fenol, asam salisilat, resorsinol, perakklorofenol, dan lainnya yang membentuk tribrom subtitusi.
Pada percobaan kali ini, pertama-tama ditimbang 100,6 dan 100,1 mg fenol, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquadest hingga tanda batas. Dipipet larutan tersebut sebanyak 20 ml kemudian ditambahkan 30 ml bromine dan 5 ml asam hidroklorida kemudian labu ditutup dan dikocok lalu dibiarkan beberapa menit kemudian ditambahkan kalium iodida dan kocok dengan hati-hati. Lalu ditambahkan 1 ml kloroform kemudian dikocok, ditambahkan dengan 3 tetes indikator kanji dan kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat baku 0,11 N, hentikan titrasi ketika terjadi perubahan warna dari jingga menjadi cokelat. Adapun hasil dari percobaan ini, persentase kadar rata-rata fenol adalah 2,345%
4.    Permanganometri
Permanganometri merupakan metode yang didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganate. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Umumnya dilakukan dalam suasana asam karena akan mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral dan alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfide, dan tiosulfat.
Pada percobaan ini pertama-tama Ditimbang FeSO4.7H2O sebanyak 50,5 mg dan 50,9 mg. Kemudian masing-masing ditambahkan 25 ml aquadest dalam erlenmeyer, lalu ditambahkan 25 ml H2SO4 encer, setelah itu dititrasi menggunakan KMnO4 0,0963 N, hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Namun pada penentuan titik akhir titrasi kali ini, agak sedikit kelebihan titran.  Pada percobaan kali ini tidak digunakan indicator karena kalium permanganate disini sudah bertindak sebagai indicator.

Adapun kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi pada praktikum yaitu :
a.    Kesalahan   personil dan operasi
Kesalahan yang disebabkan oleh cara pelaksanaan analisis dan analisis (personal) dan bukan karena metode, sedangkan kesalahan operasi umumnya bersifat fisik.
b.    Kesalahan metode
Kesalahan ini disebabkan oleh cara pengambilan sampel dan kesalahan akibat reaksi kimia yang tidak sempurna.










BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Persentase kadar rata-rata Asam askorbat  kelompok 1 adalah 55,86 %
2.    Persentase kadar rata-rata Isoniazid  kelompok 2 adalah 13,37 %
3.    Persentase kadar rata-rata Fenol  kelompok 3 adalah 28,25   %
4.    Persentase kadar rata-rata FeSO4.H2O  kelompok 4 adalah 108,235%
a.    Saran
               Komunikasi antara praktikan dan asisten sudah berjalan baik, harap dipertahankan.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia : Makasar.

Basset. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dirjen POM, RI. 1979. Farmakope Indonesia Jilid IV. Depkes RI: Jakarta.

Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.

Svehla. 1979.  Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro edisi kelima bagian I. Jakarta : PT Kalman  Media Pustaka.
Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: