BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Reaksi pembentukan senyawa ester dari asam karboksilat dan alkohol
dengan katalis asam disebut dengan reaksi esterifikasi. Senyawa ester yang
dihasilkan akan memiliki aroma tertentu dan bersifat khas. Dalam ilmu kimia dan
bidang farmasi reaksi esterifikasi ini cukup penting mengingat reaksi tersebut
merupakan dasar sintesis banyak senyawa kimia yang dapat berkhasiat sebagai obat.
Salah atu penggunaannya adalah sintesis metil salisilat
dari asam salisilat dengan metanol absolut.
Dengan berpatokan pada manfaat dari reaksi
esterifikasi ini terutama pengaplikasiannya dalam sintesis senyawa obat maka
reaksi ini penting sekali untuk dipelajari oleh seorang farmasis. Senyawa metil
salisilat dapat disintesis dari asam salisilat yang direaksikan dengan metanol
absolut dengan katalisator asam kuat dan metoda refluks karena reaksinya yang
berjalan lambat.
Adapun prinsip
dari percobaan ini yaitu mensintesis
metil salisilat dengan mereaksikan antara Asam Salisilat dan metanol absolut
serta penambahan H2SO4 sebagai katalisator dengan metode refluks dan ekstraksi
menggunakan corong pisah kemudian dihitung rendamennya.
Alasan
yang melatarbelakangi dilakukannya sintesis metil salisilat ini yaitu karena metil salisilat hanya
sedikit terdapat dialam yaitu pada tumbuhan. Apalagi tumbuhannya sangatlah
jarang. Sedangkan metil salisilat sangat dibutuhkan dalam pengobatan atau dalam
bidang Farmasi. Jalan yang lain untuk mendapatkan metil salisilat yaitu dengan
mensintesis dari asam salisilat.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan
ini adalah bagaimana cara pembuatan metil salisilat melalui reaksi
esterifikasi.
C.
Maksud Praktikum
Maksud
percobaan ini
adalahmengetahui dan memahami sintesa ester aromatis atau reaksi esterfikasi.
D.
Tujuan praktikum
Tujuan
percobaan ini
adalah mensentitesis metil salisilat dengan mereaksikan asam salisilat dengan
metanol dengan cara refluks.
E.
Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui secara pasti reaksi-reaksi
yang terjadi dalam sintesa metil salisilat ini.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Teori
Umum
Metil salisilat
adalah cairan dengan bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan wangi.
Zat ini juga dibuat dengan sintesis.
Khasiat analgetisnya pada penggunaan lokal sama dengan salisilat – salisilat
lainnya. Metilsalisilat diresorpso dengan kulit dan banyak digunakan dalam obat
gosok dan krem (3 – 10 %) untuk nyeri otot, sendi, dan lain – lain. Penggunaan
oral sebanyak 30 ml sudah bisa fatal, terutama untuk anak – anak yang sangat
peka untuknya (Tjay,
2002).
Metil
salisilat termasuk senyawa ester yang dapat dibuat secara sintesis dengan jalan
mereaksikan suatu senyawa asam karbiksilat dengan alkohol dalam suasana asam (Underwood,
1997).
Proses reaksi esterifikasi diatas dikenal dengan nama
esterifikasi fisenar. Dari proses tersebut diperoleh hasil sampingan yaitu H2O
untuk mengetahui dari mana H2O tersebut digunakan metode yang
dikenal labeling isotop, ternyata air yang terbentuk bukan berasal dari asam
tetapi dari gugus OH milik asam (Underwood,
1997).
Ester pada umumnya mempunyai aroma yang berbau harum seperti aroma
buah-buahan atau wangi bebungaan. Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam
karboksilat dengan alkohol. Dalam reaksi ini digunakan pemanasan dan asam (HCl
atau H2SO4).
Cara ini dikenal dengan
esterifikasi Fischer (Fessenden, 1994).
RCOOH +
HC-R1 RCOOR1 + H2O
As. Karboksilat alkohol ester
Senyawa-senyawa alkohol
bereaksi dengan asam-asam karboksilat membentuk ester-ester organik sebagai
analog deri ester-ester yang terbentuk dari senyawa-senyawa alkohol dengan asam
oksigen dan organik. Dalam pembuatan suatu ester dimana asam salisilat
dipanaskan dalam metil alkohol bersama sejumlah kecil asam kuat sebagai
katalisator untuk membentuk metil salisilat gugus hidroksil dalam air yang
terjadi berasal dari asam karboksilat. Reaksi ini bersifat bolak-balik atau
reversible, jika dipakai alcohol dalam jumlah berlebihan, maka kesetimbangan
beranjak ke arah pembentukan ester; sebaliknya, jika ester dipanaskan dengan
air yang berlebihan beserta suatu katalisator asam, maka ester akan
dihidrolisis menjadi asam dan alkohol (Ganiswarna, 1995).
Asam salisilat, metil
salisilat, dan asam-asam asetilsilat semua merupakan senyawa-senyawa yang
penting dalam pengobatan. Metal salisilat dapat dipakai sebagai obat dalam atau
melalui penyerapan via kulit, dan dengan demikian memberikan pemakaiannya yang
lebih luas dalam obat-obat gosok dan untuk pemakaian pada tempat-tempat
tertentu yang sakit (Roth, 1998).
Metil salisilat (minyak
wintergreen) hanya digunakan sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen
dan dimaksudkan sebagai counter iritan bagi kulit. Asam salisilat
berbentuk bubuk, digunakan sebagai keratolitik dengan dosis tergantung dari
penyakit yang akan diobati (Roth,
1998).
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R
dengan R dapat membentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan
reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, suatu reaksi
yang disebut reaksi esterifikasi. Esterisfikasi berkataliskan asam dan
merupakan reaksi yang reversibel (Dirjen POM, 1979).
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel untuk memperoleh rendamen tinggi
dari ester itu, kesetimbangan harus harus digeser ke arah sisi ester. Satu
teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah
secara berlebihan. Teknik lain ialah membuang salah satu produk dari dalam
campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik). Dengan
bertambahnya halangan sterik dalam zat antara laju pembentukan ester akan
menurun. Rendamen esternya pun berkurang Ester adalah turunan asam salisilat/
karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR dari
alcohol. Ester mengandung gugus karbonil dan satu ikatan ester dengan karbon
karbonil. Ester dibuat dari asam dan alkohol dari anhidrat asam dan alkohol (Dirjen
POM, 1979).
Ester karboksilat dinamai seperti turunan asam karbosilat
yang terdiri atas dua kata akhiran –at dari asam tetap dipertahankan dan
didahului oleh nama gugus alkil / aril (Siegfried, 1992).
B. Uraian Bahan
1.
Asam salisilat (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :
ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain :
Asam salisilat
Rumus Molekul :
C7H6O3
Bobot Molekul : 138,12
Rumus Bangun : COOH
OH
Pemerian :
Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna putih hampir tidak berbau rasa
agak manis dan tajam
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian
air dan dalam 4 bagian etanol 95 % P.
, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P. Laruta dalam larutan amonium
asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
Penggunaan :
Keratolitikum, anti fungi
Kegunaan : Sebagai bahan dasar
sintesa metil salisilat
2.
Aquades (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama Lain :
Aquades, air suling
Rumus Molekul :
H2O
Berat Molekul :
18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan :
Sebagai pelarut dan pencuci
Kegunaan :
Sebagai pencuci ester
3.
Asam sulfat (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Sinonim : Asam sulfat
Rumus kimia : H2SO4
Berat Molekul : 98,07
Pemerian :Cairan jernih,
seperti minyak, tidak
berwarna, bau sangat tajam dan porosity.
Kelarutan : Bercampuran
dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas.
Berat
jenis : Lebih kurang 1,84
Kegunaan
Umum : Sebagai zat tambahan
Kegunaan
dalam praktek : Sebagai katalisator
4.
Kalsium Klorida (Dirjen POM 1979:120)
Nama Resmi : CALCII CHLORIDUM
Nama Lain : Kalsium Klorida
Rumus Molekul : CaCl2
Berat Molekul : 219,08
Pemerian : Hablur, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh basah
Kelarutan : Larut dalam
bagian 0,25 bagian air, mudah larut dalam etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat
tambahan
5.
Metanol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :
METHYL ALKOHOL
Nama Lain :
Metanol
RM/ BM :
CH3OH / 0,7866 g/ ml
Rumus bangun :
CH3 – OH
Pemerian :
Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas
Kelarutan :
Dapat bercampur dengan air membentuk cairan tidak berwarna
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai reaktan
Pengunaan :
Zat tambahan
6.
Natrium bikarbonat (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi :
NATRII SUBCARBONAS
Nama Lain :
Natrium bikarbonat
Rumus molekul :
NaHCO3
Berat molekul :
84,01
Rumus bangun :
Na - O – C – O – H
Pemerian : Serbuk hablur putih monoklin
kecil, buran, tidak berbau, dan rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air,
praktis tidak larut dalam etanol 95 % P
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
Untuk menetralkan asam
C. Prosedur Kerja
Dilakukan refluks dengan menggunakan labu alas bulat 100 ml.
Masukkan 6,9 gram (0,05 mmol) asam salisilat dan 24 gram (30 ml, 0,75 mol) metanol dalam labu. Tambahkan
secara hati-hati 8 ml asam sulfat pekat secara hati-hati ke dalam campuran,
aduk labu secara berlahan-lahan agar reaktan bercampur.
Aduk labu secara perlahan agar rektan tercampur semuanya, tambahkan batu didih ke dalam labu dan pasang
peralatan.
Panaskan campuran sampai mendidih menggunakan pemanas mantel atau
tangas minyak, biarkan campuran mengalami refluks selama 2-2,5 jam. Dinginkan larutan
dalam labu reaksi dengan mencelupkan labu dalam tangas es,
kemudian tambahkan 50 ml air. Tuangkan campuran reaksi ke dalam corong pisah
dan pisahkan lapisan. Hati-hati memisahkan campuran yang mengandung ester. Cuci
ester kasar (crude ester) dengan 50 ml NaHCO3 5 % dengan memindahkan ester dan larutan NaHCO3 ke dalam corong pisah dan
kocok campuran beberapa saat. Pisahkan dan buang lapisan airnya. Cuci ester
pada saat ketiganya dengan 30 ml air. Pisahkan lapisan dan pindahkan ester ke
dalam erlenmeyer. Keringkan produk dengan membiarkannya bersama 0,5 gram
kalsium klorida anhidrat selama semalam.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain : baskom (wadah
es), batang pengaduk, batu
didih, corong pisah,
gelas ukur,
gelas kimia, kompor gas, labu erlenmeyer, penangas air, pipet tetes, sendok
tanduk, seperangkat alat refluks dan timbangan analitik.
B. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain : Aluminium foil, Anhidrat asetat, Asam
salisilat, Asam sulfat pekat, Aquadest, Es batu, kapas, kertas saring, kertas
timbang, Metanol, Natrium bikarbonat 5% dan Tissue.
C. Cara
Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Ditimbang asam salisilat sebanyak 3,454 gram
dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat 100 ml. Kemudian dimasukkan metanol
absolut sebanyak 15 ml ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan 4 ml asam
sulfat pekat ke dalam larutan tersebut sambil diaduk-aduk perlahan. Dimasukkan
batu didih ke dalam labu alas bulat. Dipasang labu alas bulat pada seperangkat
alat refluks. Direfluks larutan tersebut selama 2-2,5 jam. Setelah tercium
bau khas ester dari kapas penutup pada ujung kondensor yang merupakan ciri khas
dari metil salisilat yaitu bau balsam atau Gandapura, maka refluks dihentikan.
Setelah itu, dinginkan larutan dengan memasukkan labu ke dalam baskom atau
wadah yang berisi es batu. Ditambahkan air sebanyak 25 ml
kemudian dituangkan ke dalam corong pisah dan kemudian digojok sambil sesekali
dikeluarkan uapnya. Diamkan beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan,
setelah itu kedua lapisan tersebut dipisahkan, lapisan ester dimasukkan
pada erlenmeyer. Ditambahkan 25 ml
NaHCO3 5% pada lapisan esternya, kemudian diisikan ke dalam corong
pisah dan digojok lagi. Didiamkan beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan
dan kemudian dipisahkan lagi lapisan ester
yang diperoleh. Dicuci lapisan ester yang diperoleh sekali lagi dengan
cara menambahkan air sebanyak 15 ml lalu diisikan pada corong pisah dan
digojok lagi, setelah itu didiamkan beberapa menit. Dipisahkan lapisan ester
dari larutan airnya. Diukur volume metil
salisilat yang diperoleh. Dihitung rendamennya.
BAB
IV
HASIL
PRAKTIKUM
A.
Hasil Praktikum
1.
Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Penambahan
zat
|
Perubahan
|
1
|
Asam
salisilat sebanyak 3,454 gram
ditambahkan
Metanol 15 ml
|
Larutan bening
|
2
|
Penambahan
asam sulfat pekat 4 ml
|
Larutan bening
|
3
|
Refluks 2-2,5 jam
|
Terbentuk bau khas aromatik seperti balsem
|
4
|
Didinginkan
|
Larutan bening dan bau balsem
|
5
|
Penambahan 25 ml aquadest dan dimasukkan ke dalam
corong pisah
|
Terbentuk lapisan ester dan air
|
6
|
Penambahan
lapisan ester dengan 25 ml NaHCO3 5% dan dimasukkan ke
dalam corong pisah
|
Terbentuk lapisan ester dan air
|
7
|
Penambahan lapisan ester dengan 15 ml aquadest dan
dimasukkan ke dalam corong pisah
|
Terbentuk lapisan ester dan air
|
8
|
Diukur volume lapisan Ester
|
Larutan
bening sebanyak 2,5 ml
|
2. Perhitungan
a. Berat teori
1 mol asam salisilat ≈ 1
mol metil salisilat
mol asam salisilat = mol
metil salisilat
gram asam salisilat
= gram metil salisilat
BM asam salisilat BM metil
salisilat
3,454 g = gram
metil salisilat
138,12 152
gram metil salisilat = 0,02501 x 152
= 3,80152 gram
b. Berat praktek
Volume
praktikum = 2,5 ml
Gram metil salisilat =
V metil salisilat
x BJ
= 2,5 x
1,185
= 2,9625 gram
Rendamen = gram produk x
100 %
Gram
teori
= 2,9625 x 100 %
3,80152
= 77,93 %
3. Reaksi kimia
B.
Pembahasan
Metil salisilat termasuk
senyawa ester yang dapat dibuat secara sintesis dengan jalan mereaksikan suatu
senyawa asam karboksilat dengan alkohol dalam suasana asam.
Proses reaksi esterifikasi diatas dikenal dengan nama esterifikasi fisenar.
Dari proses tersebut diperoleh hasil sampingan yaitu H2O untuk
mengetahui dari mana H2O tersebut digunakan metode yang dikenal
labeling isotop, ternyata air yang terbentuk bukan berasal dari asam tetapi
dari gugus OH milik asam.
Ester adalah senyawa
organik dengan rumus umum R-COO-R’ dimana R dan R’ adalah gugus alkil atau
aril, dapat dibuat dengan mereaksikan asam organik, RCOOH dengan alkohol, R’-OH
(disebut esterifikasi). Sebaliknya, ester dapat dihidrolisis menjadi zat
pembentukannya (asam organik dan alkohol), reaksi hidrolisis ini kadang-kadang
disebut juga penyabunan atau safonifikasi.
Pada percobaan ini dilakukan sintesa metil salislat
berdasarkan reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan metanol absolut
dengan menggunakan metode refluks. Metode ini digunakan karena proses
pembentukan metil salisilat memerlukan pemanasan konstan.
Percobaan ini pertama-tama dimasukkan asam salisilat 3,454 gram
ke dalam labu alas bulat. Pemilihan labu alas bulat karena pada prosedur
dilakukan pemanasan, sehingga pemanasan yang terjadi dapat merata di dalam labu
alas bulat.
Setelah itu ditambahkan metanol absolut
sebanyak 15 ml ke dalam labu alas bulat. Metanol absolut digunakan pada percobaan ini dengan
tujuan untuk mengurangi hasil sampingan (air) yang akan terbentuk, sebab
metanol absolut sangat sedikit mengandung air. Alasan lainnya karena pada
reaksi akhir nantinya yang diinginkan adalah gugus metil yang ada pada reaktan
yang mana disini digunakan metanol absolut.
Sesudah ditambahkan metanol absolut, ke dalam larutan
tersebut ditambahkan asam sulfat pekat 4 ml yang berfungsi sebagai katalisator atau
dengan kata lain untuk mempercepat proses reaksi esterifikasi. Dipilih asam
sulfat pekat karena memiliki esterifikasi tinggi dibandingkan asam-asam lain.
Asam sulfat pekat memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan asam sulfat
encer.
Sebelum larutan dipasang pada alat refluks,
maka diberikan batu didih ke dalam labu alas bulat tersebut. Batu didih
digunakan agar tidak terjadi letupan pada saat pemanasan. Karena batu
didih mempunyai pori-pori yang akan menyerap gelembung-gelembung panas dan
menyebarkan secara merata.
Setelah semua larutan tersebut homogen, maka labu alas
bulat dipasang pada alat refluks. Pemasangan labu alas bulat ini, diberikan
vaselin pada kapas penutup. Hal ini ditujukan supaya uap yang dihasilkan pada
proses pemanasan nantinya tidak keluar dari kondensor. Proses refluks ini
dijalankan selama 2 jam.
Pemilihan kondensor bulat bertujuannya
agar lekuk-lekuk pada kondensor yaitu uap-uap dari metanol akan memerlukan waktu
yang lama untuk turun kembali kedalam larutan. Air yang masuk kedalam kondensor
berasal dari pipa bagian bawah, tujuannya agar tabung terlebih dahulu penuh
sebelum air keluar dari pipa bagian atas. Dengan demikian tabung tetap berisi
air, sehingga uap yang berasal dari larutan menjadi dingin dan turun kembali
kedalam bentuk cairan yang mirip dengan minyak.
Pada praktikum
ini, terbentuk metil salisilat sebanyak
2,5 ml sehingga didapatkan hasil rendamennya sebanyak 77,93%.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada
praktikum ini tidak didapatkan volume metil salisilat yang sebanyak 2,5 ml dan
persen rendamennya sebanyak 77,93%.
B. Saran
Diharapkan agar asisten
memeriksa semua laporan praktikan agar pembetulan laporan berjalan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik Sintetik. Fakultas Farmasi, UMI: Makassar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI
: Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Depkes RI :
Jakarta.
Fessenden. 1994. Kimia
Organik Edisi III. Erlangga : Jakarta.
Ganiswarna, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Universitas Indonesia: Jakarta.
Roth,J. 1998. Analisis Farmasi. Gadjah
Mada University Pres: Yogyakarta.
Siegfried Ebel.1992. Obat Sintetik. UGM Press: Yogyakarta.
Tjay, Tan Hoan. 2002. Obat – Obat Penting. PT. Gramedia :
Jakarta.
Underwood. 1997. Analisis Kimia Kuantitatif edisi 1. Erlangga:
Jakarta.
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
Asam salisilat 3,45 gram +
methanol absolute 15 ml
+ 4 ml H2SO4
pekat
Refluks 2-2,5 jam
Dinginkan
+ H2O 25 ml
Corong pisah
+
NaHCO3 5 % 25 ml
Corong pisah
+ H2O
15 ml
Corong pisah
+ CaCl2
Lapisan ester
Ukur volume
Hitung rendamennya
1 komentar:
ラッキーニッキー ラッキーニッキー matchpoint matchpoint 10bet 10bet rb88 rb88 sbobet ทางเข้า sbobet ทางเข้า 우리카지노 우리카지노 fun88 soikeotot fun88 soikeotot ボンズ カジノ ボンズ カジノ 117
Posting Komentar